Kamis, 16 Mei 2013

"ISTRI YG SHOLEHAH" BIDADARI SURGA

Hari itu merupakan hari bahagiaku, alhamdulillah. Aku telah menyempurnakan separo dienku: menikah. Aku benar-benar bahagia sehingga tak lupa setiap sepertiga malam terakhir aku mengucap puji syukur kepada-Nya. Hari demi hari pun aku lalui dengan kebahagiaan bersama istri tercintaku. Aku tidak menyangka, begitu sayangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadaku dengan memberikan seorang pendamping yang setiap waktu selalu mengingatkanku ketika aku lalai kepada-Nya. Wajahnya yang tertutup cadar, menambah hatiku tenang. Yang lebih bersyukur lagi, hatiku terasa tenteram ketika harus meninggalkan istri untuk bekerja. Saat pergi dan pulang kerja, senyuman indahnya selalu menyambutku sebelum aku berucap salam. Bahkan, sampai saat ini aku belum bisa mendahului ucapan salamnya karena selalu terdahului olehnya. Subhanallah. Wida, begitulah nama istri shalihahku. Usianya lebih tua dua tahun dari aku. Sekalipun usianya lebih tua, dia belum pernah berkata lebih keras daripada perkataanku. Setiap yang aku perintahkan, selalu dituruti dengan senyuman indahnya. Sempat aku mencobanya memerintah berbohong dengan mengatakan kalau nanti ada yang mencariku, katakanlah aku tidak ada. Mendengar itu, istriku langsung menangis dan memelukku seraya berujar, “Apakah Aa’ (Kakanda) tega membiarkan aku berada di neraka karena perbuatan ini?” Aku pun tersenyum, lalu kukatakan bahwa itu hanya ingin mencoba keimanannya. Mendengar itu, langsung saja aku mendapat cubitan kecil darinya dan kami pun tertawa. Sungguh, ini adalah kebahagiaan yang teramat sangat sehingga jika aku harus menggambarkanya, aku tak akan bisa. Dan sangat benar apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dunia hanyalah kesenangan sementara dan tidak ada kesenangan dunia yang lebih baik daripada istri shalihah.” (Riwayat An-Nasa’i dan Ibnu Majah). Hari terus berganti dan tak terasa usia pernikahanku sudah lima bulan. Masya Allah. Suatu malam istriku menangis tersedu-sedu, sehingga membangunkanku yang tengah tertidur. Merasa heran, aku pun bertanya kenapa dia menangis malam-malam begini. Istriku hanya diam tertunduk dan masih dalam isakan tangisnya. Aku peluk erat dan aku belai rambutnya yang hitam pekat. Aku coba bertanya sekali lagi, apa penyebabnya? Setahuku, istriku cuma menangis ketika dalam keadaan shalat malam, tidak seperti malam itu. Akhirnya, dengan berat hati istriku menceritakan penyebabnya. Astaghfirullah… alhamdulillah, aku terperanjat dan juga bahagia mendengar alasannya menangis. Istriku bilang, dia sedang hamil tiga bulan dan malam itu lagi mengidam. Dia ingin makan mie ayam kesukaanya tapi takut aku marah jika permohonannya itu diutarakan. Terlebih malam-malam begini, dia tidak mau merepotkanku. Demi istri tersayang, malam itu aku bergegas meluncur mencari mie ayam kesukaannya. Alhamdulillah, walau memerlukan waktu yang lama dan harus mengiba kepada tukang mie (karena sudah tutup), akhirnya aku pun mendapatkannya. Awalnya, tukang mie enggan memenuhi permintaanku. Namun setelah aku ceritakan apa yang terjadi, tukang mie itu pun tersenyum dan langsung menuju dapurnya. Tak lama kemudian memberikan bingkisan kecil berisi mie ayam permintaan istriku. Ketika aku hendak membayar, dengan santun tukang mie tersebut berujar, “Nak, simpanlah uang itu buat anakmu kelak karena malam ini bapak merasa bahagia bisa menolong kamu. Sungguh pembalasan Allah lebih aku utamakan.” Aku terenyuh. Begitu ikhlasnya si penjual mie itu. Setelah mengucapkan syukur dan tak lupa berterima kasih, aku pamit. Aku lihat senyumannya mengantar kepergianku. “Alhamdulillah,” kata istriku ketika aku ceritakan begitu baiknya tukang mie itu. “Allah begitu sayang kepada kita dan ini harus kita syukuri, sungguh Allah akan menggantinya dengan pahala berlipat apa yang kita dan bapak itu lakukan malam ini,” katanya. Aku pun mengaminkannya.

Rabu, 09 Januari 2013

Inilah Pohon Ghorqod Tempat Bersembunyi Yahudi..

Inilah Pohon Ghorqod Tempat Bersembunyi Yahudi.. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ، فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ، يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ، إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ”. Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga muslimin memerangi yahudi. Mereka diperangi oleh muslimin sehingga orang yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon. Batu dan pohon itu berkata: Wahai muslim, wahai hamba Allah, Ini dia yahudi berada dibelakangku, kemarilah dan bunuhlah dia. Melainkan pohon Ghorqod. Sesungguhnya ia adalah daripada pohon Yahudi” (HR. Bukhari dan Muslim) Yahudi amat sangat percaya dengan hadits ini dan sekarang mereka telah menanam berjuta-juta pohon ini di bumi Palestina untuk persiapan tempat bersembunyi mereka ketika terjadi perang besar nanti.. SUBHAANALLOOH!!! Teman-temanku semua yang saya cintai, sikap seorang mukmin ketika mendengar ayat-ayat Allah dan hadits yang shahih adalah mengimaninya dan meyakininya, bukan menolaknya, apalagi hanya dengan dasar akal yang dangkal. Hadits tersebut adalah shahih menurut semua ulama karena diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim, melalui jalan shahabat Abu Hurairah dan Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhum. Fungsi akal itu adalah untuk tunduk kepada ayat-ayat Allah dan hadits yang shahih, dan bukan menentangnya. Berapa banyak orang yang diadzab oleh Allah karena menyalahgunakan fungsi akalnya. Kalau belum bisa memahami hendaklah ditanyakan kepada yang memahaminya dan bukan serta merta menolaknya tanpa dasar apapun, hanya mengedepankan akal yang penuh syubhat dan keraguan. Fadhilatusy Syaikh DR. Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid dalam salah satu fatwanya menjelaskan bahwa para ulama seperti Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah, Fadhilatusy Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah, Fadhilatusy Syaikh DR. Umar Al-Asyqor serta yang lainnya berpendapat bahwa bahwa peperangan di akhir zaman nanti adalah kembali seperti zaman dahulu kala sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits shahih, yaitu menunggang kuda, onta dan semisalnya serta bersenjatakan pedang, panah, tombak dan semisalnya. Para tokoh pejuang Hamas Palestina ketika ditanya tentang foto pohon Ghorqod membenarkan bahwa jenis pohon itulah yang dimaksud dalam hadits tersebut. Semoga Allah selalu lapangkan hati kita untuk selalu tunduk kepada kebenaran dan dijauhkan daripada kesombongan serta melawan dalil dengan akal dangkal, amien..

Kamis, 28 Juni 2012

Kisah Seorang Ahli Ibadah yg Menyusuri Lautan

Abdul Wahid bin Ziyad menceritakan, Kami berada dalam sebuah perahu, lalu kami terlempar oleh angin hingga sampai di sebuah pulau. Kami mendapati seorang laki-laki yang menyembah berhala di pulau itu, maka kami bertanya kepadanya, ‘Kepada siapa kamu menyembah?’ Dia menunjuk kepada sebuah berhala. Kemudian kami berkata, ‘Sesungguhnya ada benda seperti ini dalam perahu kami. Benda (berhala) ini bukanlah tuhan yang patut disembah.’ laki-laki itu balik bertanya, ‘Lalu, kepada siapa kalian menyembah?’ ‘Allah.’ ‘Siapa Allah itu?’ ‘Dzat Yang singgasana-Nya ada di langit, Dzat Yang kekuasaan-Nya ada di bumi, dan Dzat yang kehidupan serta kematian adalah menjadi ketentuan-Nya.’ ‘Bagaimana kalian bisa mengetahui dan mengenal-Nya?’ ‘Dzat Yang Mahadiraja ini mengirim seorang Rasul kepada kami, lalu Rasul itu mengabarkan kami akan hal itu.’ ‘Lantas bagaimana keadaan Rasul itu?’ ‘Ketika beliau melaksanakan misinya, Allah mencabut nyawanya.’ ‘Apakah dia meninggalkan satu tanda untuk kalian?’ ‘Ya, beliau meninggalkan kitab Yang Maha Menguasai.’ ‘Tunjukkanlah kitab itu kepadaku. Sudah sepatutnya bila kitab-kitab yang Maha Menguasai adalah indah dan baik.’ Kami pun menyodorkan mushaf Al-Quran kepadanya, lalu dia berkata, ‘Aku tidak tahu ini.’ Kemudian kami membacakan satu surat Al-Quran untuknya. Kami terus membacanya, dan dia menangis hingga kami selesai membaca satu surat itu. Lantas dia berucap, ‘Tidak seharusnya pemilik firman ini didurhakai.’ Setelah itu dia menyatakan diri untuk masuk Islam. Kami membawanya bersama kami, lalu mengajarkan syariat-syariat Islam dan beberapa surat Al-Quran kepadanya. Ketika malam telah gelap, dan kami usai melaksanakan shalat isya, kami bersiap-siap di pembaringan kami, lalu laki-laki itu bertanya, ‘Wahai kaum, apakah Tuhan yang telah kalian tunjukkan kepadaku ini akan tidur ketika malam telah gelap?’ Kami menjawab, ‘Tidak, wahai hamba Allah. Dia Maha Agung, terus menerus mengurus(makhluk-Nya), Dia tidak pernah tidur.’ ‘Seburuk-buruk kaum adalah kalian. Kalian tidur, sedang Tuhan kalian tidak pernah tidur.’ Sungguh ucapannya membuat kami kagum! Saat kami sampai di Ubadan, aku berkata kepada teman-temanku, ‘Laki-laki ini baru mengetahui Islam .’ Kami pun mengumpulkan uang, lalu kami memberikan uang itu kepadanya. Laki-laki itu kembali bertanya, ‘Apa ini?’ ‘Kamu akan membelanjakan uang itu.’ ‘Tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah! Kalian telah menunjukkan jalan yang telah kalian tempuh kepadaku. Dahulu aku berada di sebuah pulau di tengah-tengah lautan dalam keadaan menyembah berhala. Dia tidak menyia-nyiakan aku, sedang aku akan mengenali-Nya.’ Beberapa hari kemudian aku mendengar bahwa dia dalam keadaan menghadapi maut. Maka aku mendatangi dan bertanya kepadanya, ‘Apakah ada sesuatu yang bisa aku lakukan untukmu?’ ‘Semua kebutuhan telah ditunaikan oleh orang-orang kalian yang datang ke pulauku,’ jawabnya.” Abdul Wahid meneruskan ceritanya, “Mataku terpejam, aku tertidur di sampingnya. Aku melihat pemakaman kota Ubadan menjadi kebun yang di dalamnya terdapat sebuah kubah. Di dalam kubah itu ada tempat tidur (ranjang) dan seorang wanita yang kecantikannya tiada duanya. Aku pun bergumam, ‘Demi Allah, aku tidak memohon kepada-Mu, melainkan agar Engkau segerakan dia, sungguh rasa rinduku kepadanya telah membuncah.’ Lalu aku terbangun, aku mendapatinya telah meninggalkan dunia ini. Aku pun memandikan, mengkafani, dan menguburkannya. Ketika malam telah larut, aku tidur dan melihatnya di kubah itu bersama seorang wanita cantik. Dia membaca ayat, “Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’du: 23-24)[1] Dikutip dari “Belaian Bidadari di Alam Mimpi” penulis Syaikh ‘Isham Hasanain,