Arelis lahir dari seorang Katolik keturunan Puerto Rico. Ayahnya Yahudi asal Polandia. Selama Ramadan, Arelis melakukan puasa sepenuhnya. Kini dia merupakan Muslimah yang taat
Dua bulan lalu, gadis murah senyum itu bergabung dengan the Islamic Forum for non/new Muslims di Islamic Cultural Center, New York. Datang sendiri tanpa ditemani oleh seorang Muslim, seperti lazimnya non Muslim yang datang pertama kali ke Forum tersebut. Rupanya Arelis telah kenal dengan beberapa peserta aktif Forum tersebut, khususnya Sr. Shinoa, yang telah memeluk Islam sekitar 4 tahun lalu. Shinoalah yang kemudian mengajaknya untuk ikut dalam diskusi yang dikoordinir oleh Islamic Center of New York itu.
Arelis memang cukup unik. Ibunya seorang Katolik keturunan Puerto Rico, sementara ayahnya adalah seorang Yahudi asal Polandia. Namun menurutnya, ayahnya tidak lagi mengaku Yahudi, dan malah sering mengikuti ibunya ke gereja. Rupanya keimanan katolik ibinya yang Hispanic itu lebih mendalam ketimbang keyahudian ayahnya.
"Saya sejak kecil diajar oleh ibu untuk taat beragama. Tapi keimanan saya terhadap ajaran Katolik semakin menipis seiring kedewasaan saya dalam berfikir, " aku Arelis dalam sebuah diskusi. Bahkan menurutnya, uatu ketika dia lebih tertarik untuk mempraktekkan ajaran Budhisme, dengan praktek-praktek meditasi sambiul latihan Yoga.
Maklum memang, agama Budha memang tumbuh pesat di Amerika seiring semakin populernya Dalai Lama. Arelis, sebagai anak yang tumbuh dalam keluarga yang cukup mapan, juga mengikuti banyak kegiatan-kegiatan yang trendi di kalangan celebritis.
Hampir sebulan lamanya Arelis bergabung dengan Islamic Forum. Hampir tidak pernah terlintas pertanyaan, apalagi yang kritis dari gadis ini.
Hingga akhir September lalu, the Islamic Circle of North America (ICNA) New York menggelar "Annual Conference on the Holy Qur'an" di York College of New York. Diam-diam rupanya Arelis datang mengikuti acara tersebut. Acara perhelatan akbar itu, rupanya telah mengantarkan Arelis menjadi Muslimah yang sejati.
"Saya bangga karena ALLAH menggaet saya ke dalam Islam dibimbing oleh seorang mantan Pendeta juga.” Pendeta itu tidak lain adalah Sheikh Yusuf Estes, mantan Pendeta di Texas yang saat ini menjadi da'i terkenal di Amerika Serikat. Kebetulan beliau adalah salah seorang pembicara dalam Konferensi ICNA itu.
Alhamdulillah, saya juga terkejut ketika surat kabar mingguan Muslims Weekly menyebutkan kalau dalam konferensi itu ada gadis muda dari Long Island memeluk Islam.
Apalagi setelah melihat salah satu foto di sudut surat kabar tersebut, perpajang dengan jelas wajah Arelis. Saya bersyukur bahwa salah seorang binaan saya selama ini kembali ditunjuki oleh Yang Maha Rahman.
Selama Ramadan Arelis melakukan puasa sepenuhnya. Malah seringkali dibangunkan oleh ibunya untuk makan sahur sambil diketawain karena makan sambil mengantuk. "Saya sering terlambat sampai di rumah setelah shalat tarawih, sehingga biasanya terlupa bangun. Untung ibu saya biasanya membangunkan, tapi kemudian mengetawai saya karena melihat saya makan sambil terantuk-antuk" kata Arelis di saat dilakukan Halal bihalal di rumah saya seminggu setelah lebaran.
Kini Arelis yang bekerja pada sebuah perusahaan accountant itu telah menjalani Islam secara baik dan serius. Malah setiap berangkat bekerja kerudungnya selalu terpasang rapi lengkap dengan pakaian Muslimah. "Doakan semoga saya tetap istiqamah, " pintanya.
Sabtu lalu Arelis datang ke Islamic Center dengan berkeringat, karena rupanya khawatir ketinggalan kelas sehingga dia perlu berlari-lari dari stasiun kereta bawah tanah (subway).
Semoga Allah menguatkan dan memudahkan jalanmu, Arelis. Semoga engkau hadir sebagai "sinar" di tengah-tengah masyarakat Amerika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar